Dampak negatif dari sedotan plastik membuat masyarakat mulai beralih ke produk yang lebih ramah lingkungan seperti sedotan dari bambu. Bisnis ramah lingkungan dalam negeri pun mulai dilirik pangsa pasar internasional.
Alternatif Selain Sedotan Stainless Steel
Tahukah Anda sedotan plastik ternyata termasuk dalam 10 besar sampah mencemari lautan? Sedotan plastik bersama dengan sampah plastik lainnya kebanyakan terbawa ke laut dan tak sengaja termakan oleh hewan laut. Bila dibiarkan tentu hal ini sangat berbahaya bagi kehidupan ekosistem laut.
Itu sebabnya banyak bisnis kuliner beralih ke sedotan yang lebih ramah lingkungan. Alternatif sedotan plastik yang pertama adalah sedotan stainless steel. Namun, sedotan ini cukup sulit didapatkan atau harganya mahal. Kemudian muncul alternatif kedua yang lebih ramah lingkungan yakni sedotan dari bambu. Awalnya produk sedotan bambu terbilang masih asing di mata masyarakat. Namun, lambat laun produk ini mulai diterima masyarakat luas tak hanya lokal, tapi juga internasional.
Murah Bisa Dipakai Berulang Kali
Sedotan bambu menjadi pilihan terbaik selain sedotan stainless steel karena bahannya yang alami. Sedotan ini juga tak meninggalkan sensasi dingin layaknya sedotan stainless steel yang membuatnya kurang disukai masyarakat Indonesia. Seperti sedotan stainless steel, sedotan bambu juga bisa dipakai berulang kali.
Kalaupun tidak dipergunakan lagi, sedotan bambu bisa dibuang dan terurai di tanah. Selain itu harganya juga murah sekitar Rp. 1.400 – Rp. 2.000 per batangnya. Agar bersih dan bisa dipakai kembali, Anda bisa membeli pembersih sedotan bambu seharga Rp. 5.500 per buah.
Bila dibandingkan dengan harga sedotan plastik, tentu harga sedotan bambu jauh lebih mahal. Hal inilah yang membuat masih banyak masyarakat enggan meninggalkan sedotan plastik. Padahal sedotan plastik hanya sekali pakai sedangkan sedotan bambu bisa bertahan hingga 2 tahun bila dipakai dengan benar.
Dilirik Pasar Internasional
Pasar bambu di tanah air memang belum terbilang tinggi, tapi produk bisnis ramah lingkungan ini sangat diminati di pangsa pasar internasional. Sejumlah maskapai penerbangan dan restoran lokal juga mulai beralih ke memakai sedotan bambu. Sedangkan untuk pasar internasional, mayoritas peminat sedotan bambu berasal dari Australia dan Inggris. Salah satu produsen sedotan bambu di Bali, Bulung Bambu menyatakan bisa menjual sebanyak 30 ribu buah sedotan bambu dalam sebulan untuk diekspor.
Hingga saat ini sentra produksi bisnis ramah lingkungan sedotan bambu masih berpusat di Bali, Situbondo, Yogyakarta dan Jawa Barat. Maklum, kawasan tersebut merupakan sentra kerajinan bambu di tanah air. Penggunaan sedotan bambu diperkirakan akan semakin meningkat di tahun-tahun mendatang.
Hal ini tampak dari banyaknya pelaku industri kuliner yang mulai mengurangi pemakaian sedotan plastik. Sebagai contoh, KFC sudah tak lagi menyediakan sedotan plastik mulai tahun 2017 lalu. Demikian pula dengan McDonalds yang mulai melarang penggunaan sedotan plastik sejak 2018. Sedangkan kedai kopi Starbucks menargetkan penghilangan sedotan plastik di seluruh kedainya hingga 2020. Bukan tidak mungkin di masa depan penggunaan sedotan stainless steel maupun bambu juga akan diterapkan oleh seluruh pelaku industri pariwisata dan kuliner.
Peluang Bisnis Menguntungkan
Bisnis kreatif seperti produksi sedotan bambu memiliki potensi keuntungan cukup besar. Apalagi masih sedikit pelaku industri kreatif yang melirik bisnis ini. Modal yang dibutuhkan untuk memulai bisnis sedotan bambu pun tak begitu banyak.
Sebagai contoh, pemilik bisnis ramah lingkungan sedotan bambu Bulung Bambu yang memulai usahanya dengan bermodalkan Rp. 10 juta saja. Dari pengelolaan modal tersebut, bisa diperoleh keuntungan per bulannya sekitar Rp. 100 jutaan. Bagaimana, tertarik menjual sedotan bambu?